Petugas mengenakan seragam keamanan untuk pencegahan penyebaran Ebola. (sumber: Reuters/Stringer) |
Kenali Empat Gejala Terjangkit Virus Ebola - Saat ini media tengah ramai memberitakan pasien suspect ebola, yang berasal dari Madiun dan Kediri, Jawa Timur. Hal ini dikarenakan adanya riwayat dari kedua pasien tersebut mengalami sakit sepulang dari Liberia, yang merupakan negara terjangkit ebola.
Namun Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes RI, Tjandra Yoga Aditama menegaskan bahwa sampai Sabtu (1/11), belum pernah ada kasus ebola maupun MERS-CoV di Indonesia.
“Bila ada yang baru datang dari negara terjangkit ebola, lalu dia demam, maka belum tentu demam tersebut diakibatkan oleh virus ebola. Bisa saja dikarenakan penyakit lain. Namun memang waspada dan kehati-hatian kita perlukan," ujar Tjandra Yoga dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Minggu (2/11) .
Tjandra menuturkan bahwa terdapat empat gejala yang menjadi indikasi kuat seseorang terjangkit penyakit ebola, khusunya bagi mereka yang baru saja pulang dari negara-negara terjangkit, yaitu: 1) Demam yang tidak diketahui penyebabnya; 2) Nyeri otot hebat; 3) Gangguan saluran pencernaan; dan 4) Manifestasi pendarahan.
Dua pasien suspect ebola asal Madiun dan Kediri itu termasuk di antara 28 orang tenaga kerja Indonesia (TKI), yang pada 26 Oktober 2014 lalu tiba kembali di Tanah Air setelah menyelesaikan pekerjaannya dari Liberia.
“Selama di pesawat, tidak ada satupun penumpang yang sakit dan tidak ada yang memerlukan bantuan dokter," kata Tjandra.
Sesampainya di Bandara Sukarno Hatta, Jakarta, petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) memeriksa seluruh warga negara Indonesia (WNI) yang baru tiba dari Liberia. Berdasarkan pemeriksaan, tidak ada seorangpun dari mereka yang sakit.
“Sebagai tindak lanjut, para TKI diberi penyuluhan untuk waspada terhadap kesehatannya dalam 21 hari ke depan," lanjutnya.
Ternyata, setelah beberapa hari, terdapat laporan keluhan demam dari TKI yang berasal dari Madiun dan Kediri. Namun Tjandra kembali menegaskan, gejala demam tersebut belum tentu ebola. Bisa saja penyakit malaria atau penyakit lainnya.
Memang, demi kewaspadaan dan kehati-hatian, pihak RS mengambil tindakan dengan merawat pasien suspect ebola tersebut di ruang isolasi. Untuk mengetahui sakitnya disebabkan ebola atau bukan, hasil pemeriksaan laboratorium akan keluar paling lambat 48 jam setelah sample diterima laboratorium.
“Seluruh sample memang harus di periksa di laboratorium kami (Kementerian Kesehatan), karena minimal harus memenuhi persyaratan BSL-3, dengan ekstraksi virus di BSC-3," imbuhnya. (Herman/FAB/beritasatu.com)
0 komentar:
Post a Comment